Keutamaan Ittiba’ (Mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam)
Oleh: Abu Misykah
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Ittiba’ (mengikut) kepada sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah. Seseorang tidak akan menjadi muslim yang baik sehingga ia mengikut kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam semua sabda dan perbuatannya sesuai ilmu dan kemampuannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 10)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata tentang maksud ayat ini,
مهما أمركم به فافعلوه، ومهما نهاكم عنه فاجتنبوه، فإنه إنما يأمر بخير وإنما ينهى عن شر
“Apapun yang beliau perintahkan maka kerjakan itu. Dan apapun yang beliau larang maka tinggalkan itu. Karena beliau hanya memerintahkan yang baik dan melarang dari yang buruk.”
Maksud ittiba’ di sini adalah kita melaksanakan setiap yang diperintahkan Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Karena perintah-perintah beliau wajib dikerjakan. Juga kita meninggalkan setiap yang beliau larang. Kemudian kita tidak beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla kecuali seperti yang diajarkan beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Sunnah bermakna jalan. Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berarti jalan beliau dan petunjuk beliau dalam perkara ibadah dan perkara ‘adiyah (rutinitas kehidupan).
Setiap amal untuk mendekatkan diri kepada Allah yang menyelisihi sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amal itu tertolak dan akan dikembalikan kepada pelakunya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa yang melakukan satu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka tertolak.” (HR. Al-Bukhari & Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha)
Maka sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sebaik-baik petunjuk dan sebagus-bagus jalan, sebagaimana sabda beliau,
وخَيْرُ الهَدْي هَدْيُ محمَّد صلَّى الله عليه وسلم
“Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR. Al-Bukhari)
Seorang muslim tidak boleh meninggalkan ittiba’ sunnah untuk selama-lamanya. Karena semangatnya untuk berittiba’ kepada sunnah adalah bukti cintanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Karena siapa mencintai seseorang, ia akan menempuh jalannya dan menirunya dalam perkara besar maupun kecil.
Seorang muslim sangat mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mengikuti sunnah-sunnahnya sesuai kemampuannya. Kemudian ia akan menyeru kawan-kawannya untuk mengikuti sunnah tersebut. Ia jelaskan kepada mereka tentang keutamaan ittiba’ sunnah bahwa pahalanya sangat besar. Lalu ia terus dorong dan semangati kawan-kawannya tersebut untuk menjalankannya.
Ketika seorang muslim mengikuti sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam maka ia akan dicintai Allah Ta’ala dan mendapatkan pahala sangat besar. Allah telah jelaskan kepada kita dalam kitab-Nya,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31)
Allah janjikan bagi siapa yang berittiba’ kepada sunnah maka ia akan mendapatkan kecintaan Allah, ampunan, dan rahmat. Ini semua karena keberkahan utusan-Nya. [AM/madanitv.net]
Komentar Terakhir