Satu Pintu Kebaikan Tertutup, Allah Buka Pintu Lain Menggantikannya
Oleh: Abu Misykah
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Sungguh karunia Allah atas umat ini sangat luar biasa. Dia pilihkan untuk umat ini Nabi dan Rasul termulia, kitab suci paling sempurna, dan syariat yang mudah dan penuh berkah. Pintu-pintu kebaikan yang utama selalu dibuka untuk umat akhir zaman. Tidak ada amal besar yang bisa dilaksanakan satu kaum yang tak mampu dikerjakan kaum yang lain kecuali Allah siapkan amal lain yang bisa menyamainya. Bahkan sebagiannya lebih utama. Tidak ada alasan bagi yang tertinggal di satu amal lalu ia istirahat tanpa beramal yang lain.
Jika Anda fakir. Tidak punya harta untuk diinfakkan fi sabilillah. Sementara para aghniya’ (orang-orang kaya) berlomba berinfak padanya. Sungguh kondisi ini telah lebih dahulu dialami para sahabat Rasulillah, mereka berkata:
يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَيتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ
“Wahai Rasulullah, orang-orang kaya pergi bawa pahala yang banyak; mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami puasa, lalu mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab,
أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُوْنَ : إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٍ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَن مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً
“Bukankah Allah telah jadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap Tashbih(ucapan Subahanallah) merupakan sedekah, setiap takbir (Allahu Akbar) merupakan sedekah, setiap tahmid (Al-Hamdulillah) merupakan sedekah, setiap tahlil (Laa Ilaaha Illallah) merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan pada setiap kemaluan kalian (hubungan suami istri) merupakan sedekah.” (HR. Muslim)
Hadits ini mengajarkan kepada kita akan luasnya karunia Allah Ta’ala dan banyaknya pintu-pintu kebaikan yang dibuka untuk hamba-Nya.
Abu Darda’ pernah berkata, “Aku mengucapkan Laa Ilaaha Illallaahu Wallahu Akbar sekali saja lebih aku sukai daripada sedekah 100 dinar.”
Saat jihad sebagai puncak amal Islam tidak mampu dikerjakan orang lemah, Allah membuka pintu kebaikan lain yang menyamainya. Apabila para sahabat berudzur tidak bisa ikut di satu amal jihad maka mereka membiayai seseorang untuk menggantikan dirinya, membantu pembiayaan perang, atau menanggung kebutuhan keluarga mujahid.
Dari Zaid bin Khalid Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَدْ غَزَا وَمَنْ خَلَفَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا
“Siapa yang menyiapkan kebutuhan seorang yang berperang fi sabilillah maka sungguh ia telah ikut berperang. Dan siapa yang mengurus keluarga orang yang berperang fi sabilillah dengan baik maka sungguh ia telah ikut berperang.” (Muttafaq ‘Alaih)
Jika harta untuk membantu mujahid perang juga tak punya maka Allah membuka jalan lain yang menyamainya. Bahkan lebih utama lagi, yaitu amal shalih di sepuluh pertama Dzulhijjah. Amal shalih ini sangat dicintai Allah dan nilainya lebih utama dari jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar sendiri ke medan perang dengan jiwa dan hartanya lalu ia gugur fi sabilillah dan hartanya diambil musuh sebagai rampasan perang. (HR. Al-Bukhari)
Begitu juga Haji sebagai amal shalih paling utama tidak mampu dikerjakan banyak kaum muslimin karena tidak punya modal ke sana atau fisiknya lemah maka Allah mengganti dengan amal lain yang menyamainya.
مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ ، ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَامَّةٍ ، تَامَّةٍ ، تَامَّةٍ
“Barangsiapa yang shalat fajar berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rekaat, adalah baginya seperti pahala haji dan umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Al-Tirmidzi)
Jika berat memanfaatkan waktu tersebut karena rasa kantuk yang sangat atau ada urusan lain, Syariat membuka pintu lain dengan keutamaan serupa.
مَنْ غَدَا إِلىَ المَسْجِدِ لاَ يُرِيْدُ إلاَّ أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أوْ يُعَلِّمَهُ كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجِ تَامًا حِجَّتُهُ
“Siapa yang pergi ke masjid tidak lain yang diinginkan hanya belajar kebaikan (Islam) atau mengajarkannya, baginya seperti pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR. Shahih Al-Targhib: 86)
Pergi shalat Jum’at lebih awal juga menyamai haji sunnah. Karenanya Said bin Musayyib berkata, “Ini lebih aku sukai daripada haji nafilah (sunnah).”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga telah menyamakan orang yang berangkat shalat Jum’at labih pagi seperti orang yang berkurban.
مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً
“Barangsiapa mandi di hari Jum’at seperti mandi janabah, kemudian datang di waktu yang pertama, ia seperti berkurban seekor unta…. ” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Imam Al-Hasan al-Bashri berkata, “Berjalanmu untuk membantu saudara muslimmu lebih baik bagimu daripada haji.”
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Perginya kamu ke masjid di pagi hari lebih kamu sukai daripada berperangnya kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”
Wahai saudaraku, rahmat Allah itu sangat luas dan pintu-pintu kebaikan juga banyak. Jika engkau dapati satu pintu sedang tertutup, pasti Allah buka pintu lain untukmu. Jika satu jalan sempit bagimu maka di sana ada banyak jalan lain yang luas. Maka bukalah pintu-pintu ini dan teruslah berjalan dengan senantiasa membaca “Bismillahi (dengan menyebut Nama Allah)” sehingga sampai kepada pintu surga. Wallahu A’lam. [AM/madanitv.net]
terimakasih bermanfaat