Balasan Sesuai Jenis Perbuatan
Oleh: Abu Misykah
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Salah satu sunnah berlaku di alam raya yang tak pernah berubah, bahwa balasan sesuai jenis amal. Maksudnya, balasan bagi seorang pelaku sesuai jenis amal perbuatannya; jika perbuatan baik maka balasannya juga baik, dan jika buruk maka balasannya juga buruk.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahman: 60)
مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ
“Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.” (QS. Al-Nisa’: 123)
جَزَاءً وِفَاقاً
“Sebagai pembalasan yang setimpal (sebanding).” (Al-Naba’: 26)
Bagi orang yang menyadari kaidah ini akan menjadi kekuatan yang mendorongnya beramal shalih dan mencegah dari kezaliman.
Dari Abu Shirmah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ ضَارَّ ضَارَّ اللهُ بِهِ. وَمَنْ شَاقَّ شَقَّ اللهُ عَلَيْهِ
“Barang siapa menimbulkan kemudharatan niscaya Allah akan memudharatkannya. Barang siapa mempersulit niscaya Allah akan mempersulitnya.” (HR. Al-Tirmidzi dan bnu Majah)
Hadits ini mengabarkan 2 kaidah penting di dalam Islam, yaitu: Pertama, balasan sesuai dengan jenis perbuatan; baik dalam kebaikan atau keburukan. Ini termasuk hikmah Allah terpuji. Siapa menjalankan perbuatan yang dicintai Allah, niscaya Allah mencintai dirinya. Siapa mengerjakan perbuatan yang dibenci Allah, niscaya Allah membenci dirinya. Siapa memudahkan urusan seorang muslim, Allah mudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Siapa yang menghilangkan kesusahan seorang muslim, Allah hilangkan kesusahan yang dialaminya di akhirat. Siapa yang mencukupkan kebutuhan saudaranya, Allah pasti mencukupkan kebutuhannya.
Begitu pula, siapa yang menimpakan kemudharatan (bahaya) kepada seorang muslim, Allah akan menimpakan kemudharatan kepada dirinya. Siapa berbuat tipu daya kepada saudaranya, Allah akan membuat tipu daya terhadap dirinya. Siapa yang mempersulit urusan seseorang, Allah akan mempersulit urusannya. Dan masih banyak contoh-contoh lainnya.
Kedua, hadits tersebut melarang melakukan kemudharatan atas dirinya dan menimpakan kemudharatan ke orang lain. Ini mencakup segala bentuk kemudaratan.
Sesungguhnya kemudratan memiliki dua bentuk; yaitu menghilangkan maslahat dan mendatangkan mudharat (bahaya) dari segala sisi. Kemudharatan tidak boleh dilakukan dan ditimpakan kepada orang lain. Bahkan wajib bagi seseorang untuk mencegah kemudaratan dan gangguan dirinya dari manusia dari segala punjuru.
Contoh dalam masalah ini sangat banyak, di antaranya menjebak dan curang dalam jual beli dengan menutupi aib barang jualan, mengelabuhi pembeli, membeli barang yang sudah ditawar saudaranya, dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Intinya, bahwa seorang muslim hendaknya yakin bahwa Allah maha adil. Tak ada yang luput dari pandangan, pendengaran, dan pengawasannya. Dia memberikan balasan sesuai perbuatan manusia. Dan setiap yang berbuat sesuatu pasti akan diberi balasan. Dan basalan seseorang sesuai dengan jenis amal yang dikerjakannya. Wallahu A’lam.
Dapatkan keterangan tentang balasan sesuai perbuatan di buku “Kumpulan Hadits Tazkiyatus Sufus, Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa’di, hal. 54 -58 yang diterbitkan psutaka Griya Ilmu. [AM/madanitv.net]
Benar sekali, saya sendiri sudah merasakannya. Saya bantuin orang yang kesusahan ditengah perjalanan karena motornya mogok. 2minggu kemudian motor saya yang rantainya putus dan ditolong oleh orang lain.
Bismillah
Saya sudah membaca artikel Abu misykah
Saya berharap Abu bisa kunjungi juga tulisan saya
https://pejalansunnah.blogspot.com/2018/12/balasan-sesuai-amal-perbuatan.html?m=1
terima kasih